Matematika dalam Khazanah Islam


ETNOMATEMATIKA KAULINAN SUNDA “CONGKLAK”


Etnomatematika pertama kali diperkenalkan oleh D'Ambrosio (1985) dan Nunes (1992. Etnomatematika merupakan hubungan antara budaya tertentu dengan aktivitas matematika yaitu bagaimana budaya diterapkan oleh kelompok budaya tertentu seperti suku tertentu, dan lain sebagainya. Etnomatematika dapat dipersepsikan sebagai sutu alat untuk memandang dan memahami matematika sebagai suatu hasil budaya atau produk budaya.

Contoh etnomatematika di Indonesia adalah kaulinan sunda yaitu permainan Congklak. Congklak adalah permainan yang dimainkan oleh dua orang. Alat yang digunakan adalah kayu atau plastik dengan 16 lubang dua diantaranya lebih besar dari yang lain disebut sebagai lubang induk. Dan 7 X 7 X 2 biji congklak atau kerang.

Aktivitas matematika pada permainan congklak adalah
1.      Membilang dan menghitung yaitu dari aktivitas mengalikan, membagi, menjumlahkan dan mengurangi. Aktivitasnya terjadi pada saat menghitung biji.
2.      Mengenali bentuk geometri. Bentuk geometri yang dapat diambil dari permainan congklak adalah bangun datar lingkaran, persegi panjang dan sebuah lingkaran jika papan congklak digambarkan secara dua dimensi, serta bentuk setengah bola.
3.      Menentukan lokasi awal pengambilan biji. Perhitungan pada saat mengambil biji di lokasi lubang harus tepat karena akan menyangkut lanjut atau tidaknya permainan congklak.

Aktivitas membilang dan menghitung pada permainan congklak akan membentuk sikap jujur pada seseorang. Hal ini tercermin ketika seorang pemain membagikan biji pada setiap lubang. Seorang pemain yang jujur pasti akan meletakan biji terakhirnya pada tempat yang seharusnya walaupun dia tidak dapat melanjutkan permainan.  Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.“

Indonesia memiliki beraneka ragam budaya. Budaya yang semestinya dijaga bukan ditinggalkan ataupun diganti oleh kebiasaan [modern]. Dibalik keanekaragaman budaya yang begitu memukau dan megahnya, sebaiknya kita bisa mengambil dan memanfaatkannya. Jika kita gali dan teliti disetiap keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia pasti akan ada banyak hal yang bisa kita ambil. Salah satunya yaitu kaulinan budak Sunda yang bisa kita manfaatkan dalam pembelajaran matematika. Selain lebih kontekstual juga akan memberikan kesan yang mendalam bagi semua siswa yang mempelajarinya. Pembelajaran matematika dengan etnomatematika akan memberikan kesan yang menarik sehingga siswa akan lebih mudah mengingat dan mempelajari suatu materi.


Sumber: Makalah (dokumen pribadi)

Comments

Popular posts from this blog

SESATAN HEXAGON